Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Belajar Matematika, Bukti Kecintaan kepada Allah

 

IDENTITAS BUKU:

Judul Buku : Mencintai Allah dengan Matematika
Penulis       : Haifa Zahra
Penerbit     : PT. Elex Media Komputindo (Quanta), Jakarta
Cetakan     : I, 2021
Tebal         : viii + 159 hlm
ISBN         : 978-623-00-2776-5
Peresensi   : Abdul Halim Fathani*)

SIAPA PUN, pasti memiliki keinginan untuk menjadi hamba yang dapat memiliki rasa cinta kepada Allah swt. Bukti kecintaan ini, belum cukup kalau hanya dibuktikan sacara lisan saja: ‘Saya cinta kepada Allah’. Tetapi, harus dibuktikan juga dengan tindakan nyata. Tentu tindakan yang dianjurkan untuk dilakukan, bukan tindakan yang dilarang.

Di antara tindakan nyata yang dapat menjadi wasilah sebagai bukti kita memiliki kecintaan kepada Allah swt adalah dengan ‘thalabul ilmi’. Kita mempelajari ilmu yang dapat mengantarkan kita agar menjadi semakin dekat dengan-Nya. Inilah salah satu bukti bahwa kita mencintai Allah swt.

Dalam konteks mempelajari ilmu, tentu tidak terbatas hanya belajar di pesantren atau di sekolah secara formal saja, tetapi bisa juga belajar pada kehidupan nyata, belajar dengan masyarakat luas, termasuk belajar kepada makhluk hidup lainnya. Apapun, siapapun, dapat menjadi sumber inspirasi dalam pengembangan keilmuan kita. Termasuk juga, belajar matematika.

Oleh sebagian orang, masih ada yang memiliki persepsi bahwa matematika itu ilmu yang ‘kering’. Materinya, seputar hitung-menghitung, yang saat ini sudah dapat digantikan oleh sebuah program atau aplikasi teknologi. Atau, siklus pembelajarannya bisa dikatakan sempit. Biasanya berputar pada: materi singkat, contoh soal dan pembahasannya, latihan soal, dan berujung pada ujian soal-soal matematika. Dan, belajar matematika cenderung tidak bersentuhan dengan ilmi-ilmu keagamaan. Benarkan demikian ‘sempitnya’ matematika itu?

Jawabannya, dapat kita temukan melalui buku berjudul ‘Mencintai Allah dengan Matematika’, karya Haifa Zahra. Buku yang ditulis seorang Guru Matematika MTS Negeri 1 Setu-Bekasi ini menyuguhkan fakta bahwa ketika kita belajar matematika, pada hakikatnya kita akan menemukan ‘jalan’ untuk mencintai Allah swt? Karena, pada dasarnya dalam Matematika itu tersirat ‘ayat-ayat Allah’ yang mengandung bukti kekuasaan Allah dan dapat menjadikan kita sebagai hamba Allah dapat membuat lebih cinta dan semakin taat kepada-Nya.

Buku ini membahas 11 bagian, yang seluruh kajiannya mengintegrasikan ilmu matematika dengan agama. Diawali dengan paparan ‘Keesaan Tuhan dan Matematika’, kemudian dilanjutkan eksplorasi konsep-konsep matematika yang terkandung di dalam al-Qur’an, meliputi: Bilangan, Himpunan, Barisan, Lingkaran, Sudut, Perbandingan, Persamaan Garis Lurus, Pertidaksamaan, Pengukuran, Statistika, Relasi dan Fungsi, dan Operasi Bilangan.

Pembahasan berikutnya, penulis buku yang memiliki moto hidup “Hidup itu ladang mendapat ridla Allah” ini memaparkan kajian Shalat dan Matematika, Puasa Ramadhan dan Konsep Matematika, termasuk juga penegasan bahwa Allah itu Ahli Matematika, termasuk Keahlian Nabi Muhammad saw dalam bermatematika.

Di bagian akhir, penulis menambahkan satu bagian ‘Refleksi Hati’, yang dapat menjadi sarana kita untuk berpikir ulang, bahwa sebenarnya semua ilmu, baik ilmu dunia maupun ilmu akhirat itu merupakan miliki Allah swt. Inilah satu pesan penting, bahwa dengan belajar matematika, dapat kita jadikan juga untuk belajar agama sacara kaffah. Melalui matematika, kita dapat menemukan kekuasaan dan kehebatan Allah.

Sunggguh istimewa buku ini. Buku ini hadir sebagai suplemen buku-buku pelajaran yang telah beredar di kalangan peserta didik. Para Guru Matematika, khususnya yang sedang ‘mendidik’ di sekolah-sekolah Islam atau madrasah, sangat ‘pas’ jika menjadikan buku ini sebagai tambahan rujukan.

Mengapa? Karena guru akan dapat memberikan tambahan pengetahuan bagi siswa akan bahasan materi yang mengintegrasikan Matematika dengan al-Qur’an atau Islam. Sehingga, para siswa yang belajar Matematika akan dapat  nilai manfaat ganda. Mereka memperoleh pemahaman yang kuat matematika dan Islam secara terintegratif, di sisi lain, mereka akan dapat lebih cinta dan dekat kepada Allah swt. Ya belajar matematika, ya belajar agama.

Semakin belajar matematika, semakin mengenal Allah.
Selamat belajar, selamat beribadah.
Abdul Halim Fathani,
Peresensi adalah Dosen Pendidikan Matematika Universitas Islam Malang.



Posting Komentar untuk "Belajar Matematika, Bukti Kecintaan kepada Allah"