Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Kedudukan Ulama di Mata Allah

 Kedudukan Ulama di Mata Allah


Ka’ab al-Ahbar berkisah. Sesungguhnya, Allah akan menghisab hamba-Nya. Apabila amal keburukannya lebih berat daripada amal kebaikannya, ia akan dimasukkan ke neraka.

Akan tetapi, sebelum benar-benar dimasukkan ke neraka, Allah akan memerintah Malaikat Jibril, “Kejarlah hamba-Ku itu. Dan Tanya, apakah dia sudah pernah duduk di majelisnya sang alim (majlis taklim) sewaktu di dunia? Dengan syafaatnya, Aku akan mengampuni dia.”

Sesuai pesan, Jibril pun menemui si hamba. Dia bertanya dengan pertanyaan serupa. Akan tetapi, si hamba menjawab, “Tidak, tidak pernah.”

Jibril lalu melapor, “Wahai Tuhanku, sesungguhnya Engkau Mahatahu akan keadaan hamba-Mu: bahwa dia menjawab tidak pernah.”

Allah berfirman lagi, yang lalu ditirukan Jibril kepada si hamba, “Apakah engkau mencintai seorang alim?”

“Tidak,” jawab si hamba.

“Apakah engkau pernah makan bersama dengan seorang alim?”

“Tidak,” sahut si hamba.

“Apakah kau berdomisili di sebuah tempat bersama seorang alim?”

“Tidak.”

“Apakah namamu sama dengan nama seorang alim? Atau mempunyai pertalian keluarga dengan seorang alim?”

“Tidak.”

“Apakah engkau menyenangi seseorang yang mencintai seorang alim?”

“Ya,” jawab si hamba singkat.

Mendengar jawaban tersebut, Allah memberi perintah kepada Malaikat Jibril, “Gandenglah tangannya, tuntun dan masukkan dia  ke surga. Sesungguhnya, Aku telah mengampuninya karena perbuatannya itu.” (*)

Sumber: Tajuddin, M. 2008. Spiritual Soft Drink. Yogyakarta: LKiS.

Posting Komentar untuk "Kedudukan Ulama di Mata Allah"