Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Menjadi Editor Buku Itu Tidak Mudah

 Menjadi Editor Buku Itu Tidak Mudah

Gunawan

Penggiat literasi dari Bumi Pajo, Bima. Editor. Penulis puluhan judul buku.


Di balik lahir dan terbitnya sebuah buku, ada satu sosok juga yang turut andil dan amat berjasa. Dia adalah seorang editor.

Bagi yang belum pernah berkecimpung di dunia ini, mungkin akan beranggapan bahwa menjadi editor itu sangat enteng. Nggak ada apa-apanya. Padahal, pekerjaan seorang editor buku itu tidak mudah. Ada banyak hal yang mesti dipelajari dan dikuasai terlebih dahulu.

Layak atau tidak layaknya buku itu diterbitkan, bagus atau tidaknya sebuah buku, sangat bergantung kepada tangan seorang editor. Ya, seorang editor buku itu memiliki tanggung jawab besar terhadap lahirnya sebuah buku. 

Menjadi seorang editor buku itu butuh kesabaran ekstra. Apalagi ketika berhadapan dengan naskah dari seorang penulis yang--mohon maaf harus saya katakan dengan jujur--amburadul. Berhadapan dengan naskah semacam ini, sungguh membuat kepala pusing. Namun, karena sudah menjadi tugas dan tanggung jawab, mau tidak mau, harus dijalani dengan teliti dan penuh kesabaran.

Memastikan tulisan (buku) agar renyah dan enak dibaca, memperbaiki penempatan tanda baca, menyusun kembali kalimat agar menjadi lebih baik dan "nyambung" dengan kalimat lain. Ini adalah beberapa tugas seorang editor buku. Belum lagi tugas lainnya yang tidak sedikit.


Informasi Seputar Pendidikan Terbaru, Kunjungi https://www.koran-edukasi.com/

Berbicara masalah mengedit tulisan (buku), saya punya cerita tersendiri. Jujur, saya tidak pernah mengikuti pelatihan editor atau semacamnya. Saya belajar mandiri. Orang zaman sekarang menyebutnya autodidak. Saya membaca berbagai jenis buku, juga berbagai bahan bacaan lainnya yang tersebar di media daring. Dari buku-buku dan berbagai tulisan yang saya baca tersebut, saya pelajari sendiri. Setiap kalimat, paragraf yang saya baca, saya teliti secara saksama. Saya perhatikan bagaimana penempatan tanda bacanya. Saya mencermati betul bagaimana seorang penulis bisa menulis serenyah itu, misalnya.

Saya juga baca KBBI V (versi daring). Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia--yang sekarang sudah berganti nama menjadi EYD V--saya baca dan pelajari. Juga beberapa bacaan penunjang lainnya saya pelajari dan baca.

Di kemudian hari, saya mulai mempraktikkan lewat tulisan saya sendiri. Saya tulis sendiri dulu naskahnya, kemudian saya edit sendiri juga. Harus saya akui, sekali lagi, awalnya tidak mudah memang. Namun, harus saya jalani. Saya terus memotivasi diri sendiri. Dan, buku pertama yang saya edit adalah buku solo perdana karya saya sendiri. Begitu juga buku-buku selanjutnya, saya tulis dan edit sendiri.

Hingga suatu waktu, saya mulai memberanikan diri mengedit naskah  tulisan orang lain. Juga naskah buku dari beberapa komunitas atau organisasi. Sebagian besar naskah buku orang lain yang pernah saya edit tersebut, sungguh benar-benar butuh kesabaran tingkat tinggi, ketelitian, dan menguras banyak tenaga serta waktu. Ada yang susunan kalimatnya berantakan. Tanda bacanya nggak jelas. Tidak ada judul di setiap tulisan, juga judul bukunya nggak ada. Ada naskah yang saya pangkas menjadi lebih sedikit lagi jumlah halamannya dari naskah aslinya. Bahkan, ada tulisan dan naskah buku yang saya rombak habis-habisan (lebih dari separuh).

Informasi Seputar Pendidikan Terbaru, Kunjungi https://www.koran-edukasi.com/

Meskipun kepala pening dan berbagai persoalan lainnya yang sungguh menguras tenaga dan waktu, pekerjaan mengedit naskah buku orang-orang tersebut tetap saya jalani dengan sungguh-sungguh. Saya tetap mengerjakannya sampai tuntas. Untuk satu naskah buku, saya mengeditnya bisa berhari-hari, berminggu-minggu, bahkan berbulan-bulan. Tergantung jenis naskah dan tingkat kesulitan. Oh, ya, untuk satu naskah tulisan (buku), biasanya saya membaca ulang dan mengeditnya minimal dua kali. Jadi, tidak hanya sekali edit, ya.

Sampai sekarang, saya masih tetap membantu mengedit tulisan dan naskah buku orang-orang di luar sana. Saya masih membantu mewujudkan mimpi orang-orang agar mereka bisa memiliki buku karyanya sendiri. Ini adalah bagian dari ikhtiar saya dalam menyebarkan virus menulis dan membantu mewujudkan mimpi mereka, terutama bagi para penulis pemula. Saya senang dan bahagia karena bisa menjadi bagian dari lahirnya buku orang-orang itu.

Ya, mengedit tulisan dan naskah buku orang lain memang tidak semudah membalikkan telapak tangan. Namun, saya tetap harus menjalaninya dengan sepenuh hati dan sungguh-sungguh. Saya terus berusaha belajar dan mengasah diri serta membaca berbagai jenis bahan bacaan yang keterbacaannya bagus.

Sekali lagi, menjadi editor buku itu tidak mudah. Maka, berterima kasihlah Anda selaku penulis buku yang buku-bukunya telah melewati tangan kreatif para editor. []

Lereng Lareda, Bima, 6 September 2022

Informasi Seputar Pendidikan Terbaru, Kunjungi https://www.koran-edukasi.com/

1 komentar untuk " Menjadi Editor Buku Itu Tidak Mudah"

  1. Sangat setuju, menjadi editor diperlukan keahlian khusus agar buku yang di edit terlihat menarik.

    BalasHapus