Mahasiswa Instika Sumenep Bangun Laboratorium Sampah di Desa Marengan Laok
KORAN EDUKASI – Rektor Institut Ilmu Keislaman Annuqayah (Instika) Guluk-Guluk KH Ahmad Syamli Muqsith meresmikan Laboratorium Sampah Unit Pelaksana Teknik (UPT) ABHINAR yang digagas oleh mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Integratif Posko 51 Instika di Dusun Masjid, Desa Marengan Laok, Kecamatan Kalianget, Sumenep, Jawa Timur, Rabu (20/9/2023).
Dalam sambutannya, ia menceritakan, melalui Biro Pengabdian Masyarakat (BPM), Pesantren Annuqayah pernah mendapatkan Kalpataru dari Kementerian Lingkungan Hidup pada tahun 1981. Penghargaan pertama ini didapatkan dalam kategori penyelamatan lingkungan hidup, yang kala itu menanam sejuta pohon di Guluk-Guluk.
Di tahun berikutnya pun, desa binaan Annuqayah juga mendapat kalpataru. Bahkan pada tahun 2022, pesantren Annuqayah 1 dari 3 pesantren di Indoensia yang berwawasan lingkungan hidup. Ketiganya adalah pesantren Ath-Thariq Garut Jawa Barat, Nurul Haramain Lombok Nusa Tenggara Barat (NTB) dan Annuqayah sendiri.
Informasi Seputar Pendidikan Terbaru, Kunjungi https://www.koran-edukasi.com/
“Persoalan lingkungan menjadi penting ditekan, karena kebersihan bagian dari ajaran Islam. Hadits yang sering didengungkan yang berbunyi kebersihan bagian dari iman terus ditanamkan sejak dini kepada santri, sehingga terbentuk dengan sendirinya dan diamalkannya saat terjun di tengah-tengah masyarakat,” ujarnya.
Dijelaskan, Rasulullah menganjurkan pada umatnya untuk menjaga kebersihan, karena Islam dibangun oleh Nabi atas dasar kebersihan, baik fisik ataupun nonfisik. Menyoal kebersihan, sebenarnya tergambar dalam shalat, yaitu setiap Muslim harus bersih atau berthaharah. Bahkan salah satu syarat manusia masuk surga, hatinya harus bersih pula.
“Alam asalnya bersih, yang mengotori dan menggunakan alam secara berlebihan adalah manusia. Untuk menstabilkan alam, manusia lah yang wajib memperbaikinya. Ini yang mendasari pesantren di Madura berikhtiar menjaga kebersihan supaya iman seseorang tetap kuat,” ungkapnya.
Secara makro, lanjutnya, Annuqayah terdiri dari ragam daerah. Kiai Syamli menceritakan, di masa kepemimpinan KH Moh Naqib Hasan, pihak pesantren mengupayakan program pengelolaan sampah. Hal ini berangkat dari kondisi sampah di Tempat Pembuangan Sementara (TPS) di Bukit Lancaran mulai menggunung.
“Untuk merelokasi dari TPS ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) di Kecamatan Batuan membutuhkan dana 50 juta rupiah. Itu pun belum bersih atau sekitar 70 persen saja,” ucapnya.
Informasi Seputar Pendidikan Terbaru, Kunjungi https://www.koran-edukasi.com/
Santri wajib punya kantong sampah
Munculnya problem tersebut, kata Kiai Syamli, pesantren daerah di Al-Furqan Sabajarin dan Lubangsa memulai gerakannya dalam mengelola sampah dan menyulap sampah menjadi benda yang bermanfaat. Tak heran, khalayak menyebutnya sebagai pesantren hijau dan pesantren anti plastik.
“Setiap santri di daerah Lubangsa, memiliki kantong sampah. Saat beli makanan ataupun minuman, bungkusnya dimasukkan dalam kantong tersebut. Seluruh sampah yang dikumpulkan di Laboratorium UPT Jatian dipilah oleh petugas, kemudian diolah menjadi paving, kerajinan tangan, pupuk. Kami yakin, daerah lainnya akan melakukan hal yang serupa,” harapnya.
Sementara itu, Kepala Desa Marengan Laok Dasuki Wahyudi menjelaskan, nama ABHINAR merupakan akronim dari kata Aman, Bersih, Indah dan Ramah (ABHINAR). Ia mengucapkan terima kasih kepada santri Annuqayah yang telah menginisiasi terbentuk stuktur laboratorium sampah dan melatih petugas sampah dalam pengelolaannya.
“Terima kasih kami ucapkan kepada pihak Instika yang bersedia menjadikan desanya sebagai desa binaan. Juga Laboratorium Sampah UPT Jatian Lubangsa yang bersedia menjalin kerja sama dalam mengembangkan wadah pengelolaan sampah ini,” ucapnya.
Memorandum of Understanding (MoU) ini menjadi pertanda bahwa struktur UPT yang baru saja dibentuk wajib menseriusi program unggulan santri Annuqayah. Angan-angan yang sejak dulu ada, kini terealisasi pada hari ini, dan pengelola sampah di Desa Marengan Laok telah mengenyam pengetahuan yang diberikan oleh santri.
“Mari kita bersama-sama bahu membahu mengembangkan laboratorium sampah ini. Produk yang dihasilkan seperti paving, kerajinan tangan dan pupuk bisa dijual, dimanfaatkan oleh warga,” tandasnya.
Diketahui, setelah menandatangani MoU desa binaan bersama Kepala Desa Marengan Laok, Rektor Instika Guluk-Guluk menggunting pita sebagai bentuk peresmian laboratorium sampah yang digagas oleh santri Annuqayah.
Informasi Seputar Pendidikan Terbaru, Kunjungi https://www.koran-edukasi.com/
Posting Komentar untuk "Mahasiswa Instika Sumenep Bangun Laboratorium Sampah di Desa Marengan Laok"